Upacara Adat, Warisan Budaya Adat Istiadat Sulawesi Tengah
Setiap daerah memiliki adat istiadat yang menggambarkan khas tempat tersebut. begitu pula dengan adat istiadat Sulawesi Tengah. Mulai dari upacara adat hingga pakaian adat. Upacara yang masih melekat di daerah Sulawesi Tengah cukup banyak dengan tujuan berbeda-beda.
Berbagai macam kepercayaan lama yang membuat upacara-upacara tersebut terus dilakukan secara turun-temurun. Ini menjadi warisan budaya Indonesia meskipun pada saat ini dalam penerapannya sudah dipengaruhi peran agama atau modernitas.
Adat istiadat di Sulawesi Tengah didominasi oleh suku Kaili dan suku Kulawi. Kendati demikian, budaya dari dua suku ini tetap menarik untuk diketahui.
6 Macam Upacara Adat Dari Adat Istiadat Suku Kulawi dan Kaili
Suku Kulawi adalah suku yang berasal dari Sulawesi Tengah tepatnya di Kabupaten Sigi. Sedangkan suku Kaili, selain di Kabupaten Sigi juga ada Kabupaten Donggala, Kota Palu, dan diantara lembah gunung-gunung di sekitarnya. Rangkuman adat-istiadat kedua suku ini yaitu:
Upacara Rakeho
Adat Istiadat Sulawesi Tengah terkait upacara adat yang pertama adalah upacara Rakeho. Upacara ini adalah penyambutan beralihnya masa remaja ke masa dewasa seorang laki-laki bagi masyarakat suku Kulawi.
Inti dari upacara ini adalah meratakan gigi bagian depan serata dengan gusi. Baik gigi bawah maupun atas.
Upacara ini dimaksudkan untuk keselamatan dan mencegah hal-hal yang tidak diinginkan dalam keharmonisan rumah tangga. Pelaksanaan upacara rakeho tidak terikat waktu, tetapi disesuaikan dengan kemampuan orang tua untuk melaksanakannya.
Umumnya, upacara ini digelar setelah panen. Pada saat itulah orang tua memiliki biaya. Upacara rakeho biasanya dilakukan siang hari, di rumah terpencil yang telah dikosongkan. Mengundang dukun ahli kikir gigi dalam ritualnya
Upacara Ratompo
Upacara ratompo merupakan upacara pengikiran gigi. Jika rakeho pada anak laki-laki, sedangkan ratompo pada anak gadis bangsawan. Di mana gadis tersebut telah menjalani prosesi mancumani pesta adat antar kampung.
Adat istiadat Sulawesi Tengah ini digelar mulai dari pagi hari supaya seluruh prosesi upacara dapat dilakukan dengan cermat. Untuk pelaksanaannya di tempat yang sepi seperti rumah kosong yang jauh dari keramaian atau pohon rindang di tengah hutan.
Baca juga: Manfaat Menggunakan Jasa Penterjemah Tersumpah Terbaik Dalam Kehidupan Sehari-Hari
Dalam upacara adat ini hanya dihadiri oleh dukun pengikir gigi (topetompo) dan dibantu oleh topepalielu. Selain dua orang tersebut dan gadis yang akan diupacarakan tidak ada yang ikut. Bahkan keluarga gadis juga tidak diperbolehkan mengikuti jalannya upacara tersebut.
Upacara Nokeso
Nakeso adalah adat istiadat Sulawesi Tengah yakni upacara penggosokan gigi bagian depan hingga rata. Upacara ini berlaku untuk seorang perempuan suku Kaili yang hendak mencapai balig. Umumnya dilakukan ketika anak perempuan sebelum haid pertama.
Sementara itu, jika anak perempuan sudah mengalami haid pertama tetap akan dilakukan upacara Nokeso. Meskipun malu, orang tua akan tetap melaksanakannya karena tuntutan adat .
Upacara ini dimaksudkan untuk melepas masa anak-anak menuju dewasa. Oleh karena itu, diharapkan dengan upacara ini anak gadis dapat menjaga diri, tutur kata, dan adat istiadatSulawesi Tengah
Upacara Baliya Jinja
Ritual upacara pengobatan non-medis disebut Baliya Jinja. Upacara ini sudah dilakukan sejak lama oleh Adat istiadat suku kaili Sulawesi Tengah. Sebelum ada rumah sakit, masyarakat Kaili mengandalkan ritual ini untuk mendapatkan pentujuk penyembuhan sebuah penyakit.
Sampai saat ini, upacara Baliya Jinja tetap dilakukan. Ritual upacara dipimpin oleh Tina Nu Baliya yaitu seorang dukun. Pakaian yang digunakan saat upacara juga khusus seperti sarung, baju ari fuya dan tudung berwarna merah.
Pelaksanaannya, Tina Nu Baliya duduk mengelilingi orang sakit yang sedang diupacarakan. Selain itu, ada tiga orang yang bertugas memukul, gong, tambur da meniup seruling. Alunan musik yang dihasilkan harus lembut.
Dukun akan melantunkan syair berisi pujian untuk yang Maha Kuasa. Supaya Yang Maha Kuasa berkenan menghilangkan penyakit dari penderita dan memulihkannya seperti biasa. Pelaksanaan upacara ini bisa mencapai berjam-jam.
Upacara Nompudu Valaa Mpuse
Salah satu adat istiadat Sulawesi Tengah adalah Nompudu Valaa Mpuse. Ritual ini yaitu memotong tali pusar dari tavuni (tembuni) bayi yang baru lahir dibantu oleh seorang dukun beranak (Sando mpoana).
Tembuni dan tali pusar merupakan dua makhluk yang menurut kepercayaan masyarakat setempat harus dipisahkan. Tujuan Nompudu Valaa Mpuse adalah agar roh tembuni yang sudah dipisahkan tidak mengganggu bayi.
Masyarakat setempat mengganggap tembuni sebagai saudara sang bayi. Mereka akan menyimpannya selama seminggu dalam sebuah wadah belanga tanah yang telah diberi asam dan garam. Sebelum dimasukkan tembuni dibungkus dengan kain berwarna kuning.
Selanjutnya, tembuni akan ditanam bersamaan dengan menaman pohon kelapa di dekatnya. Tujuan penanaman pohon kelapa ini untuk penanda usia anak dan penghibur tembuni setelah dipisahkan dari saudaranya (bayi)
Upacara Napomada
Napomada merupakan adat istiadat Palu Sulawesi Tengah yakni ritual menjelang sakaratul maut. Keluarga akan berkumpul dan berjaga-jaga saat seseorang mendekati ajalnya. Saat seperti itu keluarga atau orang berilmu memberikan tuntunan berupa bisikan ke telinga orang yang
sekarat.
Di atas adalah 6 upacara adat istiadat Sulawesi Tengah yang hingga kini masih ada yang dilakukan. Meskipun dalam pelaksanaannya telah terkontaminasi oleh modernitas dan diwarna peranan agama.